Batu-gunting-kertas atau ‘scissors, paper, rock’ adalah permainan tangan yang dilakukan dua orang. Anak-anak kerap menyebutnya sebagai “suwit Jepang”. Batu digambarkan dengan tangan mengepal, gunting digambarkan jari telunjuk dan tengah, sedangkan kertas digambarkan dengan tangan terbuka. Aturannya, batu mengalahkan gunting, gunting mengalahkan kertas, dan kertas mengalahkan batu.
Tak dinyana, permainan yang kelihatannya sepele tersebut justru menjadi modal kebangkitan Bolton Wanderers, setidaknya dalam 14 pertandingan Liga Premier yang telah dilalui. Dengan meraih lima kali kemenangan, tujuh kali bermain imbang, dan hanya dua kali menelan kekalahan, The Trotters mengantongi 22 poin dan sementara bercokol di posisi lima besar melangkahi Tottenham Hotspur.
Hal itu tampak dari selebrasi yang dilakukan kapten dan striker andalan The Trotters, Kevin Davies, saat memborong dua dari lima gol yang dilesakkan Bolton ke gawang Newcastle United, Sabtu (20/11). Seusai menjebol gawang Tim Krul, Davies memberikan isyarat “sepasang gunting”.
Rupanya, di ruang ganti pemain, Davies dkk kerap memainkan game suwit Jepang tersebut. Hal itu diungkapkan manajer Bolton Owen Coyle. “Mereka kerap memainkan permainan ‘batu-gunting-kertas. Yang kalah mendapat hukuman yaitu berupa sentilan di telinga. Lumayan nyeri. Namun, permainan tersebut justru membuat mereka gembira. Semangat persatuan dan kesatuan tim pun menguat,” ujar Coyle.
Di lain sisi, keberhasilan skuad menempati peringkat lima besar memicu tantangan tersendiri bagi Coyle. “Senang mendengar pujian banyak orang. Tapi, saya tahu persis jika perubahan bisa terjadi begitu cepat. Fokus kami adalah mempertahankan performa terbaik tim. Kami akan melakukannya dari satu partai ke partai berikutnya,” terang Coyle yang mengaku sedih saat melansir team sheet. “Kesulitan terbesar adalah menetapkan starting line-up dan mencoret pemain lainnya. Sebab, kami memiliki banyak pemain yang pantas tampil jadi starter.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar