Senin, 29 November 2010

Persediaan Menipis, Harga Sembako Naik

Menjelang akhir tahun, harga berbagai komoditas pangan terus merambat naik, terutama beras dan kebutuhan pokok lainnya. Misalnya harga berbagai jenis beras di Pasar Induk Martoloyo, Tegal, Jawa Tengah, yang dalam beberapa pekan terakhir merangkak naik. Kenaikan berkisar Rp 300 hingga Rp 500 per kilogram. Menurut para pedagang, kenaikan disebabkan semakin menipisnya persediaan beras serta tidak menentunya cuaca di sejumlah sentra produksi lokal seperti Brebes dan Pemalang, sehingga panen padi tidak merata.

Di Salatiga, Jateng, terhentinya pasokan sayur-mayur dari lereng Gunung Merapi berimbas pada naiknya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok. Kenaikan paling signifikan terjadi pada komoditas beras, minyak goreng, gula, cabai, sayur-mayur, dan telur. Beras dari harga Rp 6.000 naik menjadi Rp 7.200 per kilogram. Cabai rawit dari Rp 15 ribu menjadi Rp 20 ribu per kilogram.

Hal yang sama juga terjadi di Solo, Jateng. Kenaikan menyebabkan pendapatan para pedagang beras menurun 50 persen. Meski kenaikan hanya berkisar Rp 200 hingga Rp 300 per kilogram, tetap saja dirasa memberatkan. Harga beras standar seperti IR-64 naik menjadi Rp 8.000 per kilogram. Padahal sebelumnya paling tinggi hanya Rp 7.500 per kilogram.

Menurut para pedagang, kenaikan terjadi akibat terjadinya gagal panen di sejumlah wilayah pemasok akibat hama wereng. Selain beras, minyak goreng juga mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 20 ribu per kardus.

Di Kabupaten Lebak, Banten, akibat minimnya pasokan harga berbagai jenis beras lokal dalam sepekan terakhir terus naik antara Rp 300 hingga Rp 700 per kilogramnya. Selain beras, harga bumbu dapur seperti cabai dan bawang merah juga turut naik karena banyak petani yang gagal panen.

Di Pasar Induk Rangkasbitung, harga beras IR-64 kualitas rendah yang banyak dikonsumsi masyarakat, misalnya, naik dari Rp 5.700 menjadi Rp 6.300 per kilogram. Selain beras, harga sejumlah bumbu dapur seperti bawang merah mencapai Rp 17 ribu pe kilogram, naik dua kali lipat dari harga normal yang hanya Rp 8.000 rupiah.

Sementara itu, kenaikan harga kedelai hingga Rp 7.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 5.000 per kilogram mulai membebani para produsen tempe dan tahu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Sejumlah produsen di Desa Sugiwaras, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman, terancam gulung tikar lantaran tak mampu membeli bahan baku yang mahal. Sejumlah pengusaha menyiasatinya dengan cara mengurangi produksi dan
ukuran tahu serta tempe dari ukuran sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar